Air Mata Diaspora Afghanistan Soal Nasib Keluarga di Kabul

Jakarta, CNN Indonesia --

Tangisan Daryoush Mohammadi tak bisa terbendung ketika mendengar negara kampung halamannya, Kabul, Afghanistan, resmi jatuh ke tangan Taliban.

"Yang paling saya khawatirkan adalah saudari saya," kata Mohammadi yang menetap di Vellecas, pinggiran kota Madrid, Spanyol, seperti dirilis Reuters, Selasa (17/8) dini hari waktu Indonesia.

"Dia 17 atau 18 tahun. Hati saya hancur ketika saya mendengar atau melihat berita menyebutkan Taliban mencari rumah gadis-gadis muda," katanya yang pernah bekerja sebagai penerjemah untuk tentara Spanyol di Afghanistan tersebut.


Mohammadi yang kini berusia 29 tahun bekerja dengan tentara Spanyol selama empat setengah tahun hingga 2014, ketika negara Eropa itu menarik pasukannya dan menawarkan dirinya suaka.

Mohammadi kemudian menghabiskan waktu bekerja sebagai penerjemah, asisten toko, dan akhirnya sebagai pelayan di Madrid. Namun kali ini ia menganggur akibat pandemi.

"Keluarga saya adalah hidup saya. Jika mereka menangkap keluarga saya, saya lebih baik mati.. di sini, di Eropa, atau di Spanyol. Kami tidak dapat melakukan apa pun untuk mereka. Ini seperti berada di penjara," lanjutnya.

Spanyol diketahui mengirim sekitar 27 ribu tentara ke Afghanistan selama lebih dari 20 tahun terlibat dalam konflik di negara tersebut. Sebanyak 102 tentara tewas.

Taliban sebelumnya menyatakan perang di Afghanistan sudah berakhir setelah kelompok itu menduduki istana kepresidenan di Kabul pada Minggu (15/8).

"Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan mujahidin (Taliban). Mereka menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun," ujar juru bicara Kantor Politik Taliban, Mohammad Naeem, kepada Al-Jazeera, yang dikutip Reuters, Senin (16/8).

Ia kemudian berkata, "Terima kasih, Tuhan. Perang di negara ini telah berakhir."

Naeem kemudian mengatakan bahwa Taliban akan menyusun bentuk pemerintahan baru di Afghanistan setelah mereka berkuasa. Ia menyebut Taliban ingin membangun hubungan internasional dan tak hidup dalam isolasi.

"Kami telah mencapai apa yang kami cari, yaitu kebebasan negara kami, dan kemerdekaan rakyat kami," ucap Naeem.

"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah kami untuk menargetkan siapa pun, dan kami tidak ingin menyakiti orang lain."

Kondisi perebutan Kabul oleh Taliban ini membuat ribuan warga yang khawatir akan kekuasaan kelompok tersebut melakukan eksodus besar-besaran.

Dua pesawat militer dijadwalkan berangkat pada Senin (16/8) malam waktu setempat untuk mengevakuasi staf Kedutaan Spanyol yang masih berada di Kabul.

Menteri Dalam Negeri Spanyol, Fernando Grande-Marlaska mengatakan sebelumnya pada Senin (16/8) bahwa kloter tersebut termasuk staf Kedutaan baik orang Spanyol maupun Afghanistan.

(Reuters/end)

[Gambas:Video CNN]

0 Response to "Air Mata Diaspora Afghanistan Soal Nasib Keluarga di Kabul"

Post a Comment